di satu titik
aku menumpang daratan
sama berdiri melihat bintang
cupa menggapai
aku,
kamu
dalam sebuah catatan
pada rintik-rintik hujan
gerimis yang menterjemahkan khayal
menjadi sebuah realiti
dan ghairah rasa
mencantumkan rindu
menjadi sehelai selimut
memeluk aku dari dingin
malam yang penuh dendam
diam aku di sini
melihat bulan
indah dalam kelam
seperti kita
yang membohongkan neraka
menjadi syurga
namun aku dakap teguh
bayu yang bersulam kaca
menikmati detik damai
walau hanya seketika
jangan menangis
sedang mataku basah
jangan bersedih
sedang jiwaku patah
aku yang mengambil kesempatan pada retak saat
mencuri kesakitan dari esok
buat mencalar hari ini
dengan luka yang lebih ringan
aku berdusta
menyarung topeng angkuh
menikam kemahuan
yang tertanam pada dada
dan koyak itu
sebenarnya aku
berlari-lari dalam berahi waktu
mencumbu empuk hamparanmu
pada padang yang hijau
dalam malam yang asyik
berdiri
pada sungkur yang bernama rebah
.
.
.
.
maafkan aku....
dalam bisu
maafkan aku....
dalam kaku
maafkan aku....
....dalam rindu....
.
.
.
.
di satu garis
aku goreskan not biola
menjadi irama asmara
sama duduk mengutip kelip-kelip
menjadi balang cahaya
penghias malam kita
........
maafkan aku....
meminjam bahasamu
mematri ceritera
dalam transit kita
....dan kalau saja sudut kita bersua
adalah destinasi sebenarnya
bukanlah hentian seketika....
.
.
.
.
maafkan aku....
yang benar merindu
maafkan aku
....dalam sendu....
(12/08/11 11:16pm)
nota : gambar bukan milik penulis