..

Isnin, 28 September 2009

Pencarian yang panjang

Hening tiada erti

Sayup dan jauh

Jiwa yang semakin hilang

Kelam dalam cahaya

Merenung kosong

Sinar yang tiada makna

Layu pada kamar tak bernyawa


Langkah terhenti lagi

Sendu yang tiada alasan

Tangan longlai

Lemah di pintu harapan

Kaki yang luka itu

Tenggelam pudar

Alam apakah ini?

Terang tapi gelita

Bingit tapi sepi

Dan sunyi

Melihat pada peta yang terukir

Mentafsir arah haluan

Jalan yang cerah terbentang

Tapi mimpinya kecundang

Nalurinya mati


Lalu apakah sebenarnya ini

Sebuah wajah tanpa rupa?

Cantik yang tiada indahnya

Tidur yang amat panjang

Tapi tak pernah lena


Jejak termanggu lagi

Menghitung segala detik

Dan waktu


Perjalanan akan terus bersambung

Kakikan tetap maju

Demi segala-galanya

Yang tidak bermakna


Andainya Takku tahu

Rabu, 2 September 2009

Malam ini
Aku dengar langit menangis
Aku kerlipkan mata....
....Gerimis di luar jendela....

Dingin!
Seperti di kutub salju
Aku dakap tubuhku
Bicara dalam bisu....

Diam
Bulan sedang berbisik
Merintih bersama awan
....Kian lebat rintik-rintik hujan

Aku hembus nafas berat
Jadi berkabut dinding kaca
Samar-samar gelap
Namun masih jelas kepiluan

Sungguh malam ini dingin
Bintang-bintang sedang meratap
Sayu dan mendayu
Sampai aku yang remuk

Kalau aku mampu
Aku kongsikan selimutku
Aku sapukan air matamu
Atau setidak-tidaknya
Biar aku lari
Sembunyi dari tahu

Dan malang
Malam ini....
Langit masih belum berhenti menangis....

(02/09/09 3:22 am)



Yang Terindah

Aku tahu
Mimpi selalunya sempurna
Lantaran aku telan racun ini
Kerana yang cacat dan cela itu
Adalah hakikat
Dan aku mahu hakikat

(01/09/09 10:20 pm)


-

Selasa, 1 September 2009

Saat segala cereka

Melabuhkan tirai penutup

Segala bicara menjadi mati

Dan meninggalkan aku

Terkujur tanpa rasa


Tiada dendam yang terpendam

Tiada benci yang membaluti

Hanya sisa hampa

Yang bertebaran kosong

Tiada membawa erti


Aku renung hambar

Menelan jemu

Dan apa yang aku sangka milikku

Rupanya tak pernah aku miliki

Lalu ku benamkan saja begitu

Hingga masa menghapuskan segala-galanya


Aku enggan menerima

Mendengar

Menggenggami

Segala janji yang menyakitkan

Segala sumpah yang melukakan

Hingga aku terbuang

Tersisih tanpa harga

Lalu aku ludah lafaz setia

Merenyuknya lumat

Biar jadi sampah!

Dan aku tak mahu hati itu lagi

Hati yang telahpun berpaling


Bersama jiwa yang berdarah

Aku telan segala kekalahan

Biar ini jadi pengajaran

Pengajaran agung

Biar tertampar egoku

Lalu kembali ke bumi

Menginsafi diri


(07/08/05 5:00 pm)


Dua Saat Yang Sempurna


Seketika

Seperti bernafas udara semalam

Seketika
Seperti melangkah jalan-jalan silam

Seketika
Seperti melihat pemandangan dulu

Seketika
Seperti mimpi jadi nyata

Seketika
Dua saat yang sempurna....
Sebelum matahari bangkit
Dan hakikat mengambil alih tempatnya

(01/09/09 3:20 pm)


nota: gambar bukan milik penulis

Racau




Wahai langit
Pinjamkan aku sebutir bintang
Kerana aku tidak dapat lagi melihat jalan
.
.
.
.
Aku dikhianati benar
Dan bila benar itu sendiri mengkhianatiku
........................
.
.
.
.
Pinjamkan aku bisumu
Kerana, hanya itu yang terbaik....

(01/09/09 4:18 am)


Batas

Bila jemariku kail nan sejengkal
Sedang hela putusmu itu laut nan luas
Apa mungkin setitis hujan di sahara
Bisa banjir kemarau di tanah gersang

Ah....
Aku kelam di seribu kelam
Menyuluh gelita bersama kegelapan
Di ketika malam memencakkan hitamnya
Menambah gelap kepada gelap
Sebenarnya aku hanya kebutaan
....Sungguh

Ini sekadar senandung malang
Waktu cerita sedang bermula
Ia bermula dengan berakhir
Lalu dunia, bila aku berkata
Mimpi dan igau itu tiada beza

Ke mana arahnya dari sini?
Bila akalku peta nan sejangkah
Sedang fitrahmu itu seluruh alam dan semesta
Dan aku sedar seadanya
Aku hanya mahu keringkan sungai
Dengan menggunakan sudu

(01/09/09 4:00 am)

Jenis Sampah