karut

Isnin, 21 Disember 2009

sukarnya mencorakkan kosong bila huruf-huruf itu lari menjauh
lalu aku seperti si semput yang kecungap mahu memujuk nafas
hanya bersimpuh di dada ruang meletak kata yang sia-sia
mencemarkan rangkap di lembaran tak bererti
....dan mungkin aku berdosa....
menggarap sesuatu yang sebegini hina


*kenapa bicara kalau tiada apa untuk dibicara?



(21/12/09 11:46 pm)

dengari aku

Selasa, 15 Disember 2009

....kejam....
sunyi ini berhitung....
membilang masa....
....dengan belati....
tanah di bawah kaki ini
merah dengan darah

ke mana...?
....
....

angin tak bertiup....
bayu membisu ....
menjadi kontang
kering segalanya....
udara hitam menyejat
....mencetus kemarau
salju nan tandus

tak mampu berkelip
mata jadi ais
alis jadi api
terapung-apung kosong
kabur
dihiris gelita yang berkaca
koyak....

siapa...?
....
....

gelap mendakap
beku terbenam
....sepi yang buta
sepi yang tuli....
kaku terpaku....
....tertimbus....
di liang mati

(15/12/09 11:42 pm)

Aku meminta yang ringkas

Isnin, 14 Disember 2009

Aku tidak mahu menjadi mimpimu
Aku tidak mahu menjadi fantasimu
Aku mahu menjadi realiti
Jadikan aku realitimu

(14/12/09 10:28 pm)

rintih

aku potretkan wajahmu dengan perkataan
aku rakamkan bersama tulisan
dan aku nyanyikan dengan jari-jemari....
....adakah kau dengar?
dari hujung sungai ini
aku dan ilhamku yang mati............
........................

(14/12/09 10:20 pm)

Semusim di syurga

Mengapa meminta Si Buta membacakan peta
Dan Si Tuli mentafisirkan bunyi?
Pantas berjalan ke belakang
Ketika mahu mencari hadapan

Mengapa hentam keromo?
Menarik rambut dari tepung
Putus rambut, berkebuk tepung
Lalu sepakat beramai-ramai meraung
Memaki hamun menyalahkan langit

Mengapa?
Kita yang membuang cermin
Hingga lupa raut wajah sendiri
Kita yang gelincir tersasar
Gelojoh menyusur akal
Hingga menjadi bodoh
Diperdaya kebijaksanaan
Menggali ilmu demi menjana kejahilan
Membuah Kelupaan
Berbunga keliru
Sampai tertukar antara rasional dan bongkak
Tak dapat membeza antara tawaduk dan lemah
Mencaci-caci redha sampai remuk wajah syukur
-Masih mahu mendabik dada
Dan mereka yang memeluk iman
Ketawa ketika kiblatnya dipersenda

"Rileks la, kita berfiiran terbuka"

(14/12/09 10:12 pm)

indah

di kala bayu berhembus
syahdu di birai jendela....
merenung cahaya di langit....
aku bertanya pada diri
....adakah kau bulan siang
atau mentari malam?

....aku senyum....
tanda mengerti
kau indah
kerana tak mungkin aku miliki

(14/12/09 9:40 pm)

Rajuk

Ahad, 13 Disember 2009

Aku rebah
di lantai hakikat
melihat tingginya langit
dalamnya laut
dan kiranya
aku berkhayal

lalu rajuk panjang
....aku cuma zarah
ditiup angin maka hilang

(13/12/09 3:46am)


24

Rabu, 25 November 2009

Kerana aku mahu pergi
berjalan ke dalam api
menguji kekebalan
kalau-kalau kalis terbakar
sambil -sambil ketawa
kerana aku tahu
aku memang tak kebal
langsung!
LOL

(25/11/09 10:16 am)

Main Nombor

Lantai ini kemustahilan
dikaburi serpih-serpih kehidupan
cermin songsang yang menterbalikkan kelurusan
menyamakan palsu dan benar
maka bertaruh saja
menikam pilihan

(25/11/09 10:04 am)

Aku Dan Cuaca

Aku tahu
perang ini menentang mendung
menampal sarat awan
menahan gugurnya hujan
sedangkan yang ada hanya telapak tangan
bersama jampi serapah

Aku maklum
mana bisa lautan menjadi kering
mana bisa kemarau adalah banjir
namun aku berjuang
mencantumkan utara dan selatan
hingga akhirnya semua menjadi timur
dan barat padam terkubur

Perang ini mengejar kemustahilan
mencabar misteri takdir
berjudi dengan hukum hidup
bersaing nasib
mana tahu....
kalau hujan tak turun
dan gelap itu
sebenarnya penutup tengkujuh

(25/11/09 10:02 am)



Dendam

dakap aku di pertemuan ini
tanpa ada suara
tanpa ada cerita
hanya hangat rindu
menghurai segalanya

(25/11/09 3:40 am)

Syyy!

Rabu, 18 November 2009

Alam,
izinkan aku sedut kegelapanmu
menyadur jiwa yang riuh
di kala malam semakin malu
namun lena segan menjauh
hanya bisu
bisu.

(18/11/09 4:00 am)

Talian Hayat

Khamis, 12 November 2009

Dalam gempita dunia
menjahit segaris senyum
lalu menghias langit kelabu
menongkat runtuh guruh
menyusun jari jemari calar
meminta izin mimpi
mewarna kusam hari


(12/11/09 11:38 pm)

Rahsia

Selasa, 3 November 2009

Pada hakikat

aku bisikkan rindu

menghitung jarak langit

menyusun hukum hidup....

....dari kejauhan ini

diam-diam memeluk sepi....

.
.
.
.

(03/11/09 1:08 am)

........................................................................

Bersama ombak
Menghanyut tiap kenangan
Dipukul waktu
Dan setia menghampiri pantai
Tetap di hatiku

Dalam detik masa
Tersimpan memori
Silih berganti
Lalu aku mengingati
Menjadi denyut nadi ini

Ku pejamkan mata
Dan kenangan terus berulang
Tiada awal dan tiada hujung
Tiada mula dan tiada akhir
Terus mengalir
Dan terus berpusing

Dalam genggaman
Berterbangan debu-debu
Kisah-kisah yang dikisar oleh waktu
Dan biarlah
Biar kisah itu berlalu

Bersama ombakku
Tetap mengalun ingatan
Tanpa awal dan hujung
Tanpa mula dan akhir
Dan di situlah letaknya namamu
Abadi selama-lamanya

Dan ombak terus beralun....

(01/09/01 11:20 pm)

..................................................................................

Isnin, 2 November 2009


Pintu yang terbuka
Menanti kepulanganmu
Menunggu kehadiranmu
Mengumpul mimpi-mimpimu
Berabad lalu

Aku relakan badai
Merayu kerinduanmu
Mentafsir igauanku
Seribu tahun yang sayu

Aku turun lagi
Melihat bayanganmu
Aku titiskan darah
Hangat ingatanmu

Wajah ini
Bagai raut jiwamu
Bagai kenanganku
Yang mengintai bintang
Di langit tinggimu

Cahaya ini
Masih menyuluh ombak
Masih memburu rindu
Pada keindahan itu
Mestikah aku berdiri....
Atau melutut di sini...?

Pintu yang terbuka
Masih terbuka

(22/11/2000)

nota: gambar bukan milik penulis

Tragedi Cermin Mimpi

Selasa, 27 Oktober 2009

bayangan dalam cermin mimpi
aku dedikasikan ini
khusus buatmu

pencarian yang abadi
merentasi seribu dunia
dan tiba....
untuk tahu....
masih ada seribu dunia
harus memisahkanmu
harus memisahkanku

di alam mimpi ini
serpihan jiwa
....kau....
....aku....
dan dimensi yang kau seberangi
dan dimensi yang ku seberangi
menusuk ronggaku
menusuk ronggamu
membunuh takdir
kita harus mati

mimpi melankolia
di ruang infiniti
benarmu
samarku
bersyair di angkasa
puisi luka

jiwa melankolia
kau hadiahkan cermin
refleksi aku
imej dirimu
....lorong panjang....
....di luar dunia....

gelap
kau temu jiwaku
gelap
ku temu jiwamu
bermukah di situ
....aura yang sayu....

berlari....
dan aku berlari
di jerlus pasir
di selam air
sungai sepi
laut sepi
langit sepi
....kau sepi....
aku di sepimu
....berlari....
berlari dalam sepimu

....kau...
....cereka dalam cermin mimpi....

bayangan dalam cermin mimpi
aku menyairmu di sini
dalam teater sebuah tragedi
irama untuk jiwamu
darah dari jiwaku
di ruang yang keawangan
menebar kembara
perjalanan seribu illusi

terbias pecahan
pecahanmu
pecahanku
di hujung garis
hanya pecahan
pecahan bertaburan

di sana
cermin abadi
kelammu
kelamku
hanya kejauhan
....melankolia....
dan aku dedikasikan ini
khusus buatmu
cermin mimpiku

wujudmu pada yang harusnya tiada
lalu jiwamu
adalah untuk mati........
di dalam jiwaku

(06/9/07 12:00 am)

..................................................................................

Dalam hening
menghitung detik waktu
membilang saat demi saat
dan malampun kian berakhir
dalam penantianku

Suara sepi
mengalun malamku
di sini ku dengar namamu
memanggil kenangan
dan aku tunduk diam
menggenggam setiap ingatan

Dalam pedih
mengimbau realiti
antara hari ini dan sejarah
bagai semalam
bersatu dalam kenyataan

Malam ini
detik kian berakhir
waktu kian pergi
hanyalah selaut harapan
bersemadi bersama malam

Namamu
masih berkumandang lagi
masih kedengaran lahi
dan aku masih menyebutnya lagi
hingga malam bertukar pagi
dan pagi berubah malam ini


Lamunan

Ahad, 11 Oktober 2009

Sayunya jiwa....
Di birai jendela
Menghitung bintang
Mengenang sejarah

Samar wajahmu....
Samar senyummu....
Menggamit naluri
Menyebar rasa pilu
Suasana yang dulu

Pudarnya jejakmu
Entah di mana....
Langit kosong
Udara kosong
Jauh dan jauh....

Hadir ingatan
Melambai hati
Mengamati kenangan
Menarik nafas rindu
Menghayati memori

Kelam renunganmu
Kelam bayangmu
Menyelubungi awan
Melintasi mata
....Mata yang basah ini
Membendung tangisan

Tersentuh nurani
Mengimbau semalam
Saat menjadi satu
Mengukir mimpi-mimpi
Erat di genggaman

Terlepas tanganmu
Lucut pengangan
Lalu kau hilang
Hilang dan terus hilang

Di pinggir tirai
Aku terkenang
Dan suaramu pudar
Pudar dan terus pudar....


....

Pada angin....
Sebarkan lamunan
Menyeru memori
Pulanglah....
Bersama rasa itu

Malam mengalun
Mengalirkan waktu
Menatap udara
Merenung kenyataan

Syahdu....
Bayu membisik
Berkata-kata pada hati
Malam yang permai
Seperti malam dulu....

Damai lagi....
Ombak yang menderu
Memenuhi pendengaran
Bersama detik-detik itu....
....Kenangan silam....



..



Pada hujan....
Turunkanlah kenyataan
Sedarkanlah jiwa
Bangunlah....
Melihat realiti

Hanya sepi
Ombak yang menjauh
Kian sayup dan sayup
Bersama detik-detik itu
....Hanya kenangan silam....


..

Isnin, 28 September 2009

Pencarian yang panjang

Hening tiada erti

Sayup dan jauh

Jiwa yang semakin hilang

Kelam dalam cahaya

Merenung kosong

Sinar yang tiada makna

Layu pada kamar tak bernyawa


Langkah terhenti lagi

Sendu yang tiada alasan

Tangan longlai

Lemah di pintu harapan

Kaki yang luka itu

Tenggelam pudar

Alam apakah ini?

Terang tapi gelita

Bingit tapi sepi

Dan sunyi

Melihat pada peta yang terukir

Mentafsir arah haluan

Jalan yang cerah terbentang

Tapi mimpinya kecundang

Nalurinya mati


Lalu apakah sebenarnya ini

Sebuah wajah tanpa rupa?

Cantik yang tiada indahnya

Tidur yang amat panjang

Tapi tak pernah lena


Jejak termanggu lagi

Menghitung segala detik

Dan waktu


Perjalanan akan terus bersambung

Kakikan tetap maju

Demi segala-galanya

Yang tidak bermakna


Andainya Takku tahu

Rabu, 2 September 2009

Malam ini
Aku dengar langit menangis
Aku kerlipkan mata....
....Gerimis di luar jendela....

Dingin!
Seperti di kutub salju
Aku dakap tubuhku
Bicara dalam bisu....

Diam
Bulan sedang berbisik
Merintih bersama awan
....Kian lebat rintik-rintik hujan

Aku hembus nafas berat
Jadi berkabut dinding kaca
Samar-samar gelap
Namun masih jelas kepiluan

Sungguh malam ini dingin
Bintang-bintang sedang meratap
Sayu dan mendayu
Sampai aku yang remuk

Kalau aku mampu
Aku kongsikan selimutku
Aku sapukan air matamu
Atau setidak-tidaknya
Biar aku lari
Sembunyi dari tahu

Dan malang
Malam ini....
Langit masih belum berhenti menangis....

(02/09/09 3:22 am)



Yang Terindah

Aku tahu
Mimpi selalunya sempurna
Lantaran aku telan racun ini
Kerana yang cacat dan cela itu
Adalah hakikat
Dan aku mahu hakikat

(01/09/09 10:20 pm)


-

Selasa, 1 September 2009

Saat segala cereka

Melabuhkan tirai penutup

Segala bicara menjadi mati

Dan meninggalkan aku

Terkujur tanpa rasa


Tiada dendam yang terpendam

Tiada benci yang membaluti

Hanya sisa hampa

Yang bertebaran kosong

Tiada membawa erti


Aku renung hambar

Menelan jemu

Dan apa yang aku sangka milikku

Rupanya tak pernah aku miliki

Lalu ku benamkan saja begitu

Hingga masa menghapuskan segala-galanya


Aku enggan menerima

Mendengar

Menggenggami

Segala janji yang menyakitkan

Segala sumpah yang melukakan

Hingga aku terbuang

Tersisih tanpa harga

Lalu aku ludah lafaz setia

Merenyuknya lumat

Biar jadi sampah!

Dan aku tak mahu hati itu lagi

Hati yang telahpun berpaling


Bersama jiwa yang berdarah

Aku telan segala kekalahan

Biar ini jadi pengajaran

Pengajaran agung

Biar tertampar egoku

Lalu kembali ke bumi

Menginsafi diri


(07/08/05 5:00 pm)


Dua Saat Yang Sempurna


Seketika

Seperti bernafas udara semalam

Seketika
Seperti melangkah jalan-jalan silam

Seketika
Seperti melihat pemandangan dulu

Seketika
Seperti mimpi jadi nyata

Seketika
Dua saat yang sempurna....
Sebelum matahari bangkit
Dan hakikat mengambil alih tempatnya

(01/09/09 3:20 pm)


nota: gambar bukan milik penulis

Racau




Wahai langit
Pinjamkan aku sebutir bintang
Kerana aku tidak dapat lagi melihat jalan
.
.
.
.
Aku dikhianati benar
Dan bila benar itu sendiri mengkhianatiku
........................
.
.
.
.
Pinjamkan aku bisumu
Kerana, hanya itu yang terbaik....

(01/09/09 4:18 am)


Batas

Bila jemariku kail nan sejengkal
Sedang hela putusmu itu laut nan luas
Apa mungkin setitis hujan di sahara
Bisa banjir kemarau di tanah gersang

Ah....
Aku kelam di seribu kelam
Menyuluh gelita bersama kegelapan
Di ketika malam memencakkan hitamnya
Menambah gelap kepada gelap
Sebenarnya aku hanya kebutaan
....Sungguh

Ini sekadar senandung malang
Waktu cerita sedang bermula
Ia bermula dengan berakhir
Lalu dunia, bila aku berkata
Mimpi dan igau itu tiada beza

Ke mana arahnya dari sini?
Bila akalku peta nan sejangkah
Sedang fitrahmu itu seluruh alam dan semesta
Dan aku sedar seadanya
Aku hanya mahu keringkan sungai
Dengan menggunakan sudu

(01/09/09 4:00 am)

Pusara Cinta

Khamis, 27 Ogos 2009

Aku yang menanti
Asing di pantai ini
Menghitung detik dan waktu
Membilang masa dan ketika
Untuk bersamamu

Aku nyalakan harapan
Mendera kedamaian
Agar laut ini
Terus berombak lagi

Suara angin ini
Bagai membawaku
Kepadamu
Dan bergemalah azimatmu
Memenuhi segenap ruang duniaku
Aku rindu....
Menyambut senyummu

Di manakah mimpi ini
Saat wajahmu membara lagi
Di manakah aku ini
Mencari agar kau tak pergi lagi

Pulanglah....
Pulanglah........
Sebelum malam ini
Menjadi lagenda
Dan aku turut bersemadi
Menjadi desiran ombak ini....

....Pusara cintaku

(22/11/00)

nota: gambar bukan milik penulis


Kelam

Saat ini
Dalam kealpaan
Merenung jalan yang kelam
Menoleh sepintas
Berpaling
Mengesan semalam

Hujan yang turun
Menggelapkan pandangan
Laluanku tersasar
Hilang tujuannya

Kehampaan
Bagai mendakap diri
Ku tersungkur lagi
Mencari hakiki
Dan bila mentari terbenam
Aku jua bagaikan turut kecundang

Di realiti ini
Aku sekali lagi kelu
Tak mampu bersuara
Tunduk mengintai pasti
Bila malam lukaku berdarah
Dan siang diriku tersampak
Aku bertanya lagi
Sampai bila harus begini

Saat ini
Bila kekuatanku dikelar lagi

(01/09/01)

Usir

Kalau ini gelanggang jujur
Jujurkah kau mencipta angkuh?
Menyamari tunjang rapuh
Mendandan goyah
Sahajamu yang bukan kepalang
Itu utuh








Tapi aku melihat dirimu
Tembus dinding

(27/08/09 7:16 am)

Bulan

Rabu, 26 Ogos 2009

Biar ia terlarang
Aku hulur tangan ini
Memelukmu dari udara
Hingga seribu abad lagi
Dan bergoncang dunia
~Hanya kerana
Sesaat bersamamu
Berbaloi segala derita

(26/08/09 9:34 pm)



Jenis Sampah